26 Juni 2012

T E M A N

Kesal, bolehkah? Apakah kita benar-benar teman? Pantaskah aku bertanya demikian kepada dirimu yg berkata bahwa kita adalah teman. Emm.. Mungkin aku saja yg terlalu berlebihan dalam menghadapi sebuah pertemanan. Tapi diotakku bukankah teman itu adalah orang yg paling dekat dengan kita selain keluarga, (biasanya disebut sahabat). Bukankah teman itu salah satu orang yg biasa kita jadikan sebagai tempat mengadu selain orang tua, kakak atau adik. Berlebihankah? Oooo aku melupakan 1 hal, setiap kepala pikirannya pasti beda. Berarti sudah barang pasti kalau pikirianku tidak sama denganmu. Itu pasti. PASTI. Oh my God. Bertahun-tahun bersama ternyata seperti tidak berarti. Itu hak. Baiklah itu hakmu, tp bukankah hak ku juga untuk memiliki teman idaman seperti yg ada dipikiranku. Baiklah. Tapi bukan kamu, teman. Teman sekedar status, sepertinya kok tidak kalah dengan mereka-mereka yg pacaran ya. Aduh random sekali ketikan ku ini ya.. Merasa tak dianggap sungguh menyesakkan, tidak hanya oleh pacar saja, oleh teman lebih menyakitkan rupanya. Yg dipikir sangat2 klop, ternyata itu cuma anggapan diri sendiri. Betapa bodohnya. Lalu harus apa aku? Pasang topeng setiap hari? Memuakkan, apakah hidup ini benar2 sangat membutuhkan topeng? Ini bukan aku. Bolehkah aku berteman denganmu? Berteman benar2 berteman seperti yg aku idamkan. Setidaknya ada 1-2 orang yg benar2 jadi sahabatku dikehidupan usia 18-22 tahunku ditempat itu. Masa iya selama itu tak berbekas sama sekali. Poor me.. INDEPENDENT GIRL.. :)(catatan ini bukan mengesampingkan teman2 yg selama usia 18-22 sudah bersedia menjadi teman baikku)





Teman adalah keluarga yang kita pilih sendiri untuk diri kita.
Friends are the family we choose for ourselves.
~ Edna Buchanan

SEMANGAT

Akhirnya semuanya berakhir. Kerja keras kami membuahkan hasil. Setelah segala macam kami lewati. Suka, duka, amarah, sedih, bahagia, ya naik turunnya emosi manusia pada umumnya. 'Akhirnyaaa...' itu yang bisa aku katakan, sungguh lega rasanya. Kini saatnya aku berjalan sendiri, meskipun tetap sangat-sangat membutuhkan uluran tangan yang lain. Tapi, sebagian besar aku sendiri yang harus menyelesaikan bagianku sendiri, dengan tanganku sendiri, juga tenaga dan pikiranku.
Semua orang terdekatku aku kerahkan untuk mendukungku *bayangkan seperti tim cheerleaders main pompom*, dukungan apapun aku terima yang penting bisa membantuku. Terutama si ibu, i love you mom. Aku takkan menyia-nyiakan semangat yang mereka berikan untukku, dalam bentuk apapun *skali lagi tim cheerleader kebayang*