11 Januari 2011

Dampak Makanan Siap Saji

PERUBAHAN gaya hidup dan perilaku makan telah menimbulkan masalah gizi ganda yaitu masalah gizi lebih dan gizi kurang dengan berbagai risiko penyakit yang ditimbulkannya. Sekarang ini makanan siap saji merupakan makanan yang paling banyak dikonsumsi, dan banyak menimbulkan pro dan kontra. Dari satu sisi ibu rumah tangga yang juga bekerja di luar rumah, makanan siap saji memberikan keuntungan dan kemudahan dalam penyajian. Akan tetapi, makanan siap saji yang dipasarkan saat ini menggunakan berbagai bahan aditif yang bertujuan untuk mengawetkan dan memberikan citarasa yang lebih baik pada produknya. Kekhawatiran yang muncul akibat adanya bahan aditif ini adalah adanya efek negatif dari bahan tersebut yang berdampak pada kesehatan konsumen. Selain dari bahan aditif, efek tersebut juga dapat berasal dari kemasan yang digunakan. Efek negatif yang dapat terjadi antara lain dihubungkan dengan penyakit degeneratif. Upaya pencegahan dampak negatif dapat dilakukan secara internal yaitu peranan ibu rumah tangga dalam penyajian pangan lebih mengutamakan makanan tradisional yang sehat, sedangkan upaya eksternal adalah meningkatkan kepedulian pemerintah, LSM, dan produsen terhadap bahaya zat aditif makanan siap saji. Kemajuan ilmu dan teknologi berkembang dengan pesat di berbagai bidang, termasuk bidang pangan, kemajuan teknologi ini membawa dampak positif maupun negatif. Dampak positif teknologi tersebut mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas pangan, juga meningkatkan diversifikasi, higienitas, sanitasi, praktis dan lebih ekonomis.
Dampak negatif kemajuan teknologi tersebut ternyata cukup besar bagi kesehatan konsumen dengan adanya penggunaan zat aditif yang berbahaya. Pola kehidupan masa kini dicirikan dengan tingginya biaya hidup, emansipasi atau karena alasan lain menyebabkan wanita bekerja di luar rumah. Data statistik tahun 2002 menunjukkan, wanita yang bekerja pada angkatan kerja berjumlah 33,06 juta atau 44,23% dari jumlah total usia wanita antara 15-60 tahun (BPS, 2002). Wanita sebagai ibu rumah tangga dan sebagian lain berprofesi bekerja di luar rumah, karena keterbatasan waktu dan kesibukan, serta sulitnya mencari pramuwisma menyebabkan makanan siap saji menjadi menu utama sehari-hari di rumah. Ritme kehidupan yang menuntut segala sesuatu serbacepat, waktu terbatas, anak harus pergi sekolah sementara ibu dan bapak harus segera berangkat kerja, sebagai jalan pintas untuk sarapan disediakanlah makanan siap saji yang memakan waktu penyiapan 3 sampai 5 menit. Siang hari pulang sekolah ibu dan bapak masih bekerja di kantor, anak-anak kembali menikmati makanan siap saji ini. Selain mudah disajikan makanan ini umumnya mempunyai cita rasa yang gurih dan umumnya disukai, terutama anak-anak usia sekolah. Masalah lain yang jadi fenomena di masyarakat adalah tersedianya berbagai jajanan yang dikemas dapat dipastikan “kaya” zat aditif. Tercatat 13 jenis camilan ringan (snack) mengandung bahan aditif dalam kandungan yang cukup tinggi. Pertanyaan yang muncul adalah sejauh manakah bahan-bahan aditif tersebut terkonsumsi dan terakumulasi dalam tubuh? Bagaimana dampaknya bagi kesehatan? Dan bagaimana tindakan konsumen terutama ibu-ibu rumah tangga dalam memilih, mengolah makanan yang aman, higienis, cukup gizi dan menyehatkan anggota keluarganya? Berdasarkan pertanyaan tersebut, makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi lebih lanjut terhadap bahaya zat aditif dan kemasan pada makanan siap saji terhadap kesehatan konsumen. Makanan siap saji Makanan siap saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Makanan siap saji biasanya berupa lauk pauk dalamkemasan, mi instan, nugget, atau juga corn flakes sebagai makanan untuk sarapan. Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran produk tersebut. Menurut Majeed (1996), zat aditif dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: agen emulsi yaitu aditif yang berbahan lemak dan air semacam lesitin, agen penstabil dan pemekat contohnya alginat dan gliserin, agen penghalang kerak untuk mencegah penggumpalan, agen peningkatan nutrisi contohnya berbagai vitamin, agen pengawet contohnya garam nitrat dan nitrit, agen antioksidan contohnya vitamin C dan E ; BHT (Butylated Hydroxy-Toluen) dan BHA (Butylated Hydroxy-Anisol), agen pengembang untuk roti dan bolu, agen penyedap rasa semisal monosodium glutamat (MSG), bahan pewarna. Selain sembilan zat aditif tadi, Denfer (2001) juga menyatakan terdapat bahan lain yang ditambahkan dalam makanan di antaranya: agen peluntur, lemak hewani, bahan pengasam, bahan pemisah, pati termodifikasi, alkohol, dan gelatin.(Berbagai sumber)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayoo kasih komen yaa.. ^^